Jumat, 17 April 2020

Warung



Warung Makan Ghaib

 Waktu itu saya masih tinggal di secang magelang. kami sekeluarga akan pergi ke jakarta menggunakan kendaraan pribadi. sejak pagi saya & keluarga sudah sibuk prepared & packing. kami sekeluarga berniat akan berlibur sekaligus silaturahmi ke saudara di jakarta, lalu kami berniat berangkat dr magelang sore hari. jadi per jalanan akan lebih santai & bapak berniat menghindari keramaian kl melakukan perjalanan jarak jauh disiang hari.
Dan berangkatlah kami sekeluarga dr magelang kira2 jam 4 sore dari magelang, rute yang kami ambil melalui jalur utara. selama perjalanan kami tidak memiliki firasat buruk apapun. Dan perjalanan panjang pun dimulai. Tak terasa hari sudah mulai gelap, dan adzan magrib sudah berkumandang. kami memutuskan utk istirahat sejenak dimasjid sekaligus menunaikan sholat magrib. setelah selesai sholat, kami pun melanjutkan perjalanan. semakin jauh kami melaju semakin larut malam yang menemani perjalanan, yang semula di awal perjalanan, suasana didalam mobil begitu ramai & penuh canda tawa saya dan kedua adik saya, berubah perlahan menjadi suasana sepi. mungkin karena ibu & kedua adik saya sudah tidur terlelap. dan yang masih terjaga saat itu hanya saya dan bapak. jam menunjukan pukul 10.30 malam, kami sudah memasuki area alas roban, jalanan berliku ditengah hutan & tanah alas, jauh dari kehidupan kota. disini suasana sudah mulai mencekam. bapak mengurangi laju kecepatan mobil karena kondisi jalan yg gelap & berliku penuh tanjakan turunan yang kiri dan kanan nya jurang. saya & bapak merasa ada hal yg ganjil & aneh, sejak kami memasuki area alas roban, kami tidak berpapasan dengan kendaran lain seperti bus antar provinsi & kendaraan lainnya , padahal jalur ini termasuk rute yang sering digunakan untuk menuju kota tegal. setelah melaju beberapa saat tiba2 ” Bruaaaaakkkk…!!­! ” astagfirullah…m­obil yang kami naiki menabrak sesuatu ditengah jalan.
Bapak langsung menepikan mobil kepinggir jalan dan mengambil senter yg ada di dashboard. saya & bapak kemudian turun dari mobil melihat situasi apa yang terjadi. ibu & kedua adik yg terbangun mendengar suara benturan tadi. langsung panik & mau keluar mobil, namun bapak melarangnya dan menyuruh ibu & adik2 tetap didalam.kemudia­n saya bergegas memeriksa bagian depan mobil & bapak memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil. saya bener2 yakin benturan sekeras tadi seharusnya bisa membuat bamper mobil penyok atau memecahkan lampu kabut mobil, namun setelah saya periksa dengan seksama, tidak ada satu pun goresan di bagian depan mobil, bahkan debu & sedikit lumpur yang menempel pd bamper mobil pun masih utuh tak tersentuh. jujur saya kaget & heran. lalu bapak yang memeriksa bagian bawah sampai belakang mobil juga tidak menemukan benda yang kami tabrak tadi. kemudian saya memanggil bapak agar ikut memeriksa bagian depan mobil, mungkin dengan mencari berdua bisa menemukan kerusakan mobil akibat benturan keras tadi. kami sudah memeriksa beberapa kali ,setiap sudut bagian depan mobil, tidak ada satupun bekas benturan. lalu, apakah yang kami tabrak tadi? karena kami merasa ada yang tidak beres, saya & bapak lekas masuk kedalam mobil untuk melanjutkan perjalanan. kedua adik ku langsung pindah posisi duduk, yang semula duduk di kursi paling belakang pindah ke kursi tengah bersama ibu, dan saya duduk di kursi depan menemani bapak. kami pun terus melaju di kegelapan malam alas roban, jam menunjukan pukul 12 malam. kedua adik ku sudah tertidur lagi, yang terjaga kali ini saya, bapak & ibu. tidak lama kemudia , hujan mulai turun, hujan nya hanya rintik2 namun cukup menggangu pandangan, sampai bapak harus membunyikan klakson disetiap akan memasuki tikungan yang tajam.
Saya & ibu sengaja tidak membahas kejadian tadi, agar bapak tetap tenang & bisa berkonsentrasi dijalan. lalu dr kejauhan terlihat ada sepercik cahaya neon, allhamdullilah.­ sudah terlihat pemukiman, setelah semakin dekat ternyata itu sebuah warung makan pecel lele kecil tepat di sudut tikungan dibawah pohon, untuk menenangkan suasana kami memutuskan untuk singgah sejenak. saya & keluarga turun dr mobil, entah karena mengantuk atau ceroboh, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer area. tertulis disitu kilometer 15. saya & keluarga masuk kedalam warung tersebut. penjualnya menyambut kami dengan ramah tamah, dengan logat khas pekalongan. kami memesan makanan & minuman panas. iseng2 saya bertanya, ” kok jam segini masih buka pak? bapak jual an ny sendirian?” penjual ny menjawab ” iya mas, ini sudah mau tutup kok, eh mas nya dateng, saya jualan sama istri saya. itu istri saya mas,” saya & bapak kaget, sejak kapan ada orang yang berdiri di samping pintu masuk warung. padahal tadi kami masuk lewat arah yang sama dan sekitarnya pohon besar. ya sudah lah, saya tidak terlalu memperdulikanny­a. karena perhatian saya tertuju pada ayam yang sedang di goreng. he…3x.
Kami makan dengan lahap, dan ternyata rasa sambal ny enak, sangat cocok dilidah. sampai saya nambah sambal nya 2x. setelah kenyang menyantap ayam goreng. kami bergegas kembali ke mobil, saat mau masuk mobil, kaki saya terbentur pasak penanda kilometer 15 tadi. oke saya ceroboh. karena letak pasak itu persis didekat pintu mobil. jadi wajar kl saya terbentur pasak itu. mobil kami pun mulai melaju ditemani hujan rintik2 yang terus menguyur area alas roban. setelah beberapa saat akhirnya kami keluar dr area alas roban dan menuju tegal ,
Singkat cerita , kami sudah menyelesaikan liburan kami di jakarta, karena tidak ingin mengalami kejadian seperti kemarin lagi. bapak memutuskan untuk berangkat dari jakarta pagi hari jadi ketika memasuki alas roban lagi, hari masih siang. setelah berjam-jam kami menempuh perjalanan. kami memasuki area alas roban sekitar jam 1 siang. lalu saya penasaran dengan warung pecel lele yang waktu itu kami singgah i. rasa sambal nya enak. namun sayang, warung pecel lele biasa nya buka ketika sore menjelang malam hari. adik saya tiba2 ingin buang air kecil. bapak kemudian menepikan mobil di tikungan jalan yg agak luas. dan menyuruh adik untuk buang air kecil mepet dengan mobil. sambil istirahat sejenak sekaligus menikmati pemandangan alas roban di siang hari, tidak dipungkiri kalau pemandangan alas roban sangat indah. kemudian saya melihat pasak kilometer bertuliskan kilometer 15. saya kaget luar biasa. itu pasak yang membentur kaki ku tempo hari. dan posisi pasak itu persis di tepi jurang. dan seingat ku, posisi warung pecel lele waktu itu kira2 3 meter di belakang pasak tadi. saya langsung memanggil bapak & ibu. dan menujukan pasak tadi dan lokasi warung. setelah diamati, tikungan nya persis seperti waktu itu, ada pohon besar ditepi jalan & pasak bertuliskan kilometer 15, namun 1meter belakang pasak itu sudah jurang yang sangat dalam. kesimpulannya. waktu itu kami sedang makan di pinggir jalan tepat melayang diatas jurang. hanya satu hal yang bisa menjelaskan kejadian tersebut. kami singgah di warung gaib.

Itulah Cerita Misteri yang berjudul Warung Makan Ghaib dimana jalan ceritanya cukup membuat kita ketakutan ketika membacanya. Memang selain rasa penasaran yang tinggi, tingkat kepuasan ketika membaca Cerita Misteri seperti ini juga bisa ditimbulkan dari rasa percaya kita terhadap sesuatu yang berbau ghaib. Secara fisik memang mereka sangat sulit untuk dibuktikan. Namun jika ditanya tentang keberadaannya, pastinya mereka selalu ada di dekat kita yang kapan saja juga mampu menampakkan diri pada kita.


Sumber