Kamis, 07 November 2019

Peninggalan Sejarah Bercorak Hindu di Indonesia

Kejadian atau peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu itulah yang disebut sejarah. Sejarah dapat memengaruhi kehidupan saat ini. Sejarah juga dapat memengaruhi masa mendatang. Apabila peristiwa sejarah diurutkan kejadiannya, maka kita dengan mudah memahaminya. Sumber sejarah dapat kita peroleh dari para pelaku atau saksi sejarah. Selain itu, dari catatan berupa prasasti serta kitab-kitab kuno. Dapat pula dari benda-benda sejarah, seperti arca, senjata, bangunan, dan candi. 

Sedangkan benda-benda masa lampau yang masih dapat dilihat saat ini disebut peninggalan sejarah. Dapatkah kamu menyebutkan peninggalan sejarah di Indonesia? Mari kita uraikan satu demi satu sejarah Indonesia sejak masa Hindu hingga Buddha. Selain itu, kita juga akan menelusuri peninggalan pada masa tersebut.

Di Indonesia banyak sekali ditemukan berbagai bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu. Lalu sejak kapan dan bagaimana ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Lalu apa saja bentuk-bentuk peninggalan sejarah bercorak Hindu? Mari kita bahas.

1. Perkembangan Ajaran Hindu di Indonesia 
Perkembangan ajaran agama Hindu berawal sekitar tahun 1500 sebelum Masehi (SM). Ditandai dengan datangnya bangsa Yunan. Bagaimana mereka bisa sampai ke Indonesia? Mereka memasuki wilayah Nusantara dengan perahu layar. Kelompok ini datang dari Kampuchea (Kamboja). Mereka mendirikan rumah dan hidup secara berkelompok dalam masyarakat desa dan menetap di Nusantara. 

Kebudayaan mereka sudah cukup maju. Mereka sudah mengenal bercocok tanam. Mereka juga berdagang dan membuat peralatan dari tanah liat serta logam. Mereka inilah nenek moyang bangsa Indonesia. Kepercayaan yang mereka anut ialah animisme dan dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang memuja roh nenek moyang atau roh halus. Dinamisme adalah pemujaan terhadap benda-benda yang dianggap memiliki kekuatan gaib. Misalnya keris, tombak, batu akik, dan patung.

Kapan ajaran Hindu masuk ke Indonesia? Ajaran Hindu masuk ke Indonesia sejak permulaan masehi. Agama Hindu dikenal penduduk Indonesia melalui hubungan dagang dengan India.

Kitab suci agama Hindu yaitu Weda. Ajaran Hindu merupakan ajaran yang memuja banyak dewa. Dewa-dewa yang dianggap menempati posisi paling tinggi yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Syiwa. Ketiga dewa itu disebut Trimurti atau tiga dewa yang bersatu. Trimurti diwujudkan dalam bentuk patung.
Masyarakat dalam ajaran agama Hindu mengenal adanya kasta. Kasta yaitu susunan kelompok masyarakat sesuai tingkatan kehidupan sosial. Kasta-kasta dalam masyarakat Hindu adalah sebagai berikut;
  1. Kasta Brahmana terdiri para pendeta. 
  2. Kasta Ksatria terdiri atas golongan para raja, prajurit, dan bangsawan. 
  3. Kasta Waisya terdiri atas golongan pemilik modal, pedagang kaya, dan petani kaya. 
  4. Kasta Sudra terdiri atas golongan buruh dan petani miskin.
2. Kerajaan Hindu di Indonesia dan Peninggalannya
Adik-adik, pengaruh ajaran dan budaya Hindu terhadap budaya Indonesia sangatlah kuat. Bahkan, saking kuatnya sampai memengaruhi kehidupan masyarakat terutama dalam hal pemerintahan. Hal ini ditunjukkan dengan berdirinya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu. Nah, mari bersama-sama melacak kerajaan-kerajaan Hindu yang pernah ada di Indonesia.

a. Kerajaan Kutai 
Menurut para ahli, nama Kutai berasal dari istilah Cina khothay yang berarti kerajaan besar. Kerajaan Kutai terletak di Muara Kaman, di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan Kutai didirikan oleh Kudungga pada abad ke-4 M. Bukti berdirinya Kerajaan Kutai adalah ditemukannya yupa. Yupa yaitu tiang batu pengikat hewan korban yang dipersembahkan oleh para brahmana. Yupa ditulis dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta.

Berdasarkan tulisan dalam yupa, raja Hindu pertama di Kerajaan Kutai adalah Aswawarman. Ini dibuktikan oleh gelar yang dimilikinya, yakni wangsakerta atau pendiri keluarga kerajaan (dinasti). Dari tulisan pada yupa tersebut dapat disimpulkan adanya tiga generasi. Silsilah dimulai dari Kudungga yang mempunyai anak bernama Aswawarman. Aswawarman mempunyai tiga anak, satu di antaranya Mulawarman.

Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai berkembang menjadi kerajaan besar. Hal ini diketahui dari prasasti yang ditemukan. Bukti-buktinya dapat ditunjukkan sebagai berikut. 
  1. Raja mengadakan upacara waprakeswara (sebidang tanah suci) setiap tahun. 
  2. Raja membagi hadiah kepada para brahmana berupa tanah, ternak, dan emas dengan adil.
Mulawarman memerintah kerajaan dengan bijaksana. Semasa pemerintahannya, rakyat hidup cukup makmur. Sebagai ucapan terima kasih, rakyat melakukan hal-hal seperti berikut. 
  1. Mengadakan kenduri untuk keselamatan raja. 
  2. Membuat prasasti atau yupa yang berisi tulisan-tulisan tentang raja mereka.
Para brahmana juga membangun sebuah batu bertulis. Hal ini sebagai ungkapan terima kasih kepada Raja Mulawarman. Raja telah memberi hadiah kepada mereka berupa minyak kental, lampu, dan sapi sebanyak 20.000 ekor. Peninggalan sejarah Kerajaan Kutai sebagai kerajaan Hindu di antaranya sebagai berikut. 
  1. Tujuh buah yupa yang ditemukan di daerah sekitar Muara Kaman pada tahun 1879 dan 1940. 
  2. Kalung Cina yang terbuat dari emas. 
  3. Arca-arca bulus. 
  4. Arca-arca Buddha dari perunggu. 
  5. Arca batu.
b. Kerajaan Tarumanegara 
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan Hindu tertua di Pulau Jawa. Keberadaan kerajaan ini dapat dilacak dengan ditemukannya tujuh buah prasasti. Selain itu, dari sumber-sumber berita dari luar negeri. Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat. Kerajaan Tarumanegara berdiri pada abad ke-5 M. Wilayahnya meliputi Karawang, Jakarta, Bogor, dan Banten. Raja yang terkenal dari Tarumanegara adalah Purnawarman. Raja Purnawarman menganut agama Hindu aliran Wisnu.

Mata pencaharian pokok penduduk Tarumanegara adalah bertani dan berdagang. Namun, para petani sering gagal panen karena dilanda banjir. Pada tahun ke-22 masa pemerintahannya, Purnawarman membangun saluran air. Tujuan pembangunan saluran itu untuk mengairi sawah dan mencegah banjir. Saluran itu bernama Gomati dan Chandrabagha. Pembuatannya berlangsung selama 21 hari. Panjang saluran 6.112 tombak (11 km). Coba kamu bayangkan, saluran sepanjang itu dikerjakan dalam waktu singkat! Selesainya pembangunan saluran air ditandai penyerahan 1.000 ekor lembu kepada para brahmana.

Raja Purnawarman digambarkan sebagai raja yang gagah berani. Ia juga tegas menghadapi masalah dan musuh. Kerajaan Tarumanegara selalu mengadakan hubungan baik dengan bangsa lain. Misalnya dengan Cina. Hal ini terbukti dalam catatan bangsa Cina dan Prasasti Tarumanegara. Selain itu, penuturan FaHsien, seorang musafir Buddha dari Cina.

Menurut Fa-Hsien, di Tarumanegara terdapat lebih dari satu agama dan kepercayaan. Ajaran Hindu yang berkembang di Tarumanegara diajarkan oleh Rahib Gunawarman. Kerajaan Tarumanegara mempunyai banyak peninggalan sejarah. Semua peninggalan itu dapat menunjukkan keberadaan kerajaan Tarumanegara. Peninggalan yang dimaksud antara lain sebagai berikut.

1) Prasasti Ciaruteun 
Ditemukan di Ciampea, Bogor, Jawa Barat. Pada prasasti ini terdapat telapak kaki Raja Purnawarman dan lukisan labalaba. Raja Purnawarman dianggap sebagai perwujudan Dewa Wisnu. 

2) Prasasti Jambu 
Ditemukan di Bukit Koleangkak, 30 km sebelah barat daya Kota Bogor. Pada prasasti ini tertulis kata tarumayam (Tarumanegara). 

3) Prasasti Lebak (Cidanghiang) 
Ditemukan di Kampung Lebak, Pandeglang, Banten. Prasasti ini menyebutkan bahwa Raja Purnawarman adalah raja yang agung, pemberani, dan perwira. 

4) Prasasti Kebon Kopi 
Ditemukan di Kampung Muara Hilir, Bogor. Pada prasasti ini terdapat lukisan telapak kaki Airawata (gajah kendaraan Dewa Wisnu). 

5) Prasasti Tugu 
Ditemukan di Desa Tugu, Cilincing, Jakarta Utara. Prasasti ini memiliki tulisan terpanjang. Prasasti ini menceritakan pembuatan saluran air (Gomati dan Chandrabhaga) oleh Raja Purnawarman. 

6) Prasasti Pasir Awi 
Ditemukan di Pasir Awi, Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini terdapat lukisan tapak kaki. Prasasti ini belum bisa dibaca karena dalam huruf ikal.
7) Prasasti Muara Cianten 
Ditemukan di Muara Cianten, Bogor, Jawa Barat. Seperti Prasasti Pasir Awi, prasasti ini juga belum bisa terbaca. 

8) Selain prasasti juga ditemukan arca-arca. Misalnya arca Rajarsi ditemukan di Jakarta. Di Desa Cibuaya ditemukan arca Wisnu Cibuaya I dan arca Wisnu Cibuaya II.
Nama Tarumanegara berasal dari kata tarum yang artinya nila. Nama Taruma dihubungkan dengan nama Citarum. Beberapa prasasti dari Kerajaan Tarumanegara ditemukan di sekitar Sungai Citarum, Jawa Barat.

c. Kerajaan Mataram Kuno 
Kerajaan Mataram Kuno berdiri sekitar abad ke-8 M. Kerajaan ini terletak di pedalaman Jawa Tengah. Bukti keberadaan kerajaan ini tertulis dalam Prasasti Canggal dan Prasasti Balitung (Mantyasih). Berdasarkan catatan pada prasasti, kerajaan bermula sejak pemerintahan Raja Sanjaya yang bergelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya. Prasasti Canggal juga mengungkapkan pendirian lingga di Desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya.

Sebelumnya, Kerajaan Mataram Kuno dipimpin oleh seorang raja bernama Sanna. Raja Sanna memerintah rakyat dengan bijaksana. Kerajaannya kaya padi dan emas. Oleh karena itu, Pulau Jawa mendapat sebutan Jawadwipa. Peninggalan sejarah Kerajaan Mataram sangat banyak. Di antaranya berupa Candi Gedong Songo, kompleks Dieng, dan komplek Candi Prambanan. Kehidupan rakyat cukup makmur terbukti banyaknya candi-candi.

Bencana alam karena letusan Gunung Merapi mengakibatkan berakhirnya Kerajaan Mataram Kuno. Bencana ini dianggap sebagai pralaya atau kehancuran dunia.

d. Kerajaan Kediri 
Pada tahun 1019 M terdapat Kerajaan Kahuripan yang dipimpin oleh Raja Airlangga. Ia mempunyai tiga orang anak yaitu Sanggramawijaya, Samarawijaya, dan Mapanji Garasakan. Awalnya, Airlangga menurunkan tahta kepada Sanggramawijaya. Namun, Sanggramawijaya tidak bersedia. Ia memilih jalan hidupnya sebagai pertapa. Sanggramawijaya mendapat julukan Raja Sucian atau Dyah Kili Suci. Namun, Airlangga masih mempunyai dua anak lainnya. Kemudian Airlangga membagi kerajaan menjadi dua bagian. Hal ini untuk menghindari perang saudara.

Pada tahun 1041 M, Mpu Bharada membagi Kerajaan Kahuripan atas perintah Airlangga. Kerajaan Panjalu atau Kediri yang beribu kota di Daha diserahkan Samarawijaya. Kerajaan Jenggala atau Kahuripan yang beribu kota di Kahuripan diserahkan Mapanji Garasakan. Airlangga selanjutnya mengasingkan diri menjadi pertapa dengan nama Resi Gentayu. Pada tahun 1049, Airlangga wafat dan dimakamkan di Candi Belahan.

Berikut ini raja-raja yang pernah memerintah Kediri.
• Bameswara /Kameswara I (tahun 1115–1130 M) 
• Jayabaya (1130–1160 M) 
• Sarweswara (1160–1170 M) 
• Aryyeswara 
• Gandra 
• Srungga 
• Kertajaya (1200–1222 M)

Kertajaya merupakan raja terakhir Kerajaan Kediri. Ia mendapat sebutan Dandhang Gendhis. Akhirnya, Kertajaya dengan terpaksa menyerahkan kerajaannya kepada Singasari (Ken Arok). Peristiwa itu menandai berakhirnya riwayat Kerajaan Kediri. Sekarang, mari melihat peninggalan sejarah pada zaman Kerajaan Kediri.

Peninggalan berupa prasasti di antaranya sebagai berikut.
• Prasasti Penumbangan (1120) 
• Prasasti Hantang (1135) 
• Prasasti Talan (1136) 
• Prasasti Jepun (1144) 
• Prasasti Weleri (1169) 
• Prasasti Angin (1161) 
• Prasasti Padlegan (1170) 
• Prasasti Jaring (1181) 
• Prasasti Semandhing (1182) 
• Prasasti Ceker (1185)

Peninggalan dalam bidang kesusastraan di antaranya sebagai berikut. 
• Kakawin Arjuna Wiwaha oleh Mpu Kanwa 
• Kresnayana oleh Mpu Triguna 
• Samanasantaka oleh Mpu Managuna 
• Smaradahana oleh Mpu Darmaja 
• Hariwangsa oleh Mpu Panuluh 
• Gathotkaca Sraya oleh Mpu Panuluh 
• Bharatayuda oleh Mpu Panuluh dan Mpu Sedah 
• Wrestasancaya dan kidung Lubdhaka oleh Mpu Tanakung.

e. Kerajaan Singasari
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Pada awalnya, Ken arok adalah Akuwu Tumapel. Ken Arok membantu para brahmana Kediri melawan Raja Kertajaya. Setelah memenangkan perang, Kerajaan Kediri dan Tumapel bergabung. Muncullah kerajaan baru bernama Kerajaan Singasari. Raja yang memerintah Singasari secara berturut-turut sebagai berikut.

1) Ken Arok (1222–1227) 
Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat namanya terkenal dan harum. Raja pertama Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Ia bergelar Sri Rajasa Batara Sang Amurwabhumi. Ken Arok membuat dinasti baru dengan nama Girindrawangsa. Ken Arok menganggap dirinya keturunan Dewa Syiwa.

Sebagai raja, masa lalu Ken Arok sangat buruk. Ia telah membunuh Mpu Gandring dan Tunggul Ametung. Bahkan, ia memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Pada waktu itu, Ken Dedes sedang mengandung anak Tunggul Ametung. Janin tersebut setelah lahir diberi nama Anusapati. Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes membuahkan tiga anak. Ada Mahisa Wong Ateleng, Panji Saprang, Panji Agnibaya, dan Dewi Rimbu. Perkawinan Ken Arok dengan Ken Umang mempunyai empat anak. Masing-masing bernama Panji Tohjaya, Panji Sudhatu, Panji Wrengola, dan Dewi Rambi.

Perlakuan Ken Arok kepada Anusapati berbeda dengan anak-anak yang lain. Anusapati menjadi curiga. Lalu apa yang dilakukan Anusapati? Anusapati bertanya kepada orang-orang di sekitarnya. Anusapati mengetahui bahwa Ken Arok lah yang membunuh ayahnya. Lalu Anusapati membunuh Ken Arok menggunakan keris Mpu Gandring. Dengan tewasnya Ken Arok, berakhir pula kekuasaannya di Singasari.

2) Anusapati (1227–1248) 
Anusapati menjadi raja Singasari menggantikan Ken Arok. Selama berkuasa, Anusapati tidak berhasil membuat kemajuan bagi Singasari. Anusapati mempunyai kegemaran menyabung ayam. Ia tidak punya waktu untuk memikirkan nasib rakyat. Anusapati juga terbunuh dengan keris Mpu Gandring. Anusapati dibunuh Tohjaya yang dendam atas kematian ayahnya (Ken Arok).

3) Tohjaya (1248 M) 
Tohjaya naik tahta kerajaan hanya bertahan satu tahun. Hal ini diakibatkan serangan dari Ranggawuni (anak Anusapati) yang dibantu Mahisa Cempaka.

4) Ranggawuni (1248–1268) 
Ranggawuni naik tahta menggantikan Tohjaya. Ia bergelar Sri jaya Wisnuwardhana. Dalam memerintah, Ranggawuni didampingi Mahisa Cempaka (anak Mahisa Wong Ateleng). Sepeninggal Ranggawuni, kekuasaannya digantikan oleh puteranya yang bernama Kertanegara. 

5) Kertanegara (1268–1292) 
Kertanegara menduduki tahta kerajaan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Singasari mengalami puncak keemasan. Kertanegara seorang raja yang arif dan bijaksana. Kertanegara bercita-cita mempersatukan Nusantara dan menjadikan Singasari sebagai kerajaan besar. Cita-cita Kertanegara tersebut bernama Cakrawala Mandala. Untuk mewujudkan cita-citanya, Kertanegara melakukan usahausaha sebagai berikut.
  1. Mengganti beberapa pejabat pemerintahan yang kurang mendukung cita-cita besarnya. 
  2. Mempembarui sistem pemerintahan. Ia membentuk penasihat raja yang terdiri Rakyan I Hino, Rakyan I Sirikan, dan Rakyan I Halu. Ia juga membentuk pejabat tinggi yang terdiri Rakyan Mahapatih, Rakyan Demang, dan Rakyan Kanjuruhan. 
  3. Menaklukkan beberapa wilayah. Di antaranya Bali, Sunda, Pahang, Kalimantan Barat, dan Maluku. Selain itu juga melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sriwijaya. 
  4. Mempererat hubungan dengan luar negeri. Misalnya dengan negara Campa.
Bagaimana kelanjutan Kerajaan Singasari? Nah, simak kisah selanjutnya. Semasa Kertanegara berkuasa, kekaisaran Cina sedang giat memperluas wilayah kekuasaan. Singasari termasuk wilayah yang ingin ditaklukkan. Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan kepada Kertanegara. Tujuannya agar Singasari mengakui kekuasaan Kubilai Khan. Kertanegara menolak permintaan itu. Akibatnya, Kubilai Khan marah dan mendatangkan pasukannya dari Cina. Pada tahun 1292 M, pasukan Singasari dikerahkan untuk menghadapi kekuatan bangsa Cina. Secara bersamaan, datanglah serangan dari Kediri dipimpin Jayakatwang. Kertanegara membagi pasukannya. Pasukan dipimpin menantunya, yaitu Raden Wijaya dan Ardaraja (anak Jayakatwang). Namun, pasukan Ardaraja berbalik membantu Jayakatwang (ayahnya) dan menyerang Singasari. Pasukan Singasari mengalami kekalahan. Jayakatwang berhasil membunuh Kertanegara.

Kertanegara dikubur di Candi Singasari. Lalu, bagaimana nasib Raden Wijaya? Ya, Raden Wijaya bersama para pengikutnya, yaitu Ranggalawe, Sora, dan Nambi menyelamatkan diri ke Madura. Raden Wijaya memanfaatkan kedatangan bangsa Cina untuk menyerang Jayakatwang. Raden Wijaya menghasut pasukan Cina. Ia mengatakan bahwa Jayakatwang adalah Kertanegara yang mereka cari. Pasukan Cina pun menyerang Jayakatwang. Terbunuhnya Jayakatwang, mengakhiri riwayat Kerajaan Singasari.

Adapun peninggalan sejarah Kerajaan Singasari di antaranya sebagai berikut. 
  1. Candi Kagenengan, Candi Weleri, Candi Jago, Candi Mireng, dan Candi Singasari. 
  2. Arca Prajnaparamita dan arca Amoghapasya. 
  3. Prasasti Sarwadhana (1269).
f. Kerajaan Majapahit
Majapahit adalah Kerajaan Hindu terakhir. Kerajaan Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya. Kerajaan Majapahit terletak di Kecamatan Trowulan, Mojokerto sebelah barat Surabaya. Kerajaan Majapahit mempunyai hubungan dengan Kerajaan Singasari. Raden Wijaya merupakan menantu Kertanegara. Masih ingatkah kamu dengan serangan Jayakatwang terhadap Kertanegara? Dan ingat-ingat pula kecerdikan Raden Wijaya dalam memanfaatkan datangnya bangsa Cina!

Sepeninggal Jayakatwang, Raden Wijaya mendirikan kerajaan baru yang bernama Majapahit. Secara berurutan Kerajaan Majapahit diperintah oleh rajaraja berikut ini.

1) Raden Wijaya (1293–1309) 
Raden Wijaya merupakan raja pertama sekaligus pendiri Majapahit. Raden Wijaya bergelar Sri Kertarajasa Jayawardana. Beliau memerintah didampingi empat putri Kertanegara sebagai permaisurinya. Di antaranya Tribhuwaneswari, Narendradahita, Prajnaparamita, dan Gayatri. Para pengikut Raden Wijaya yang berjasa diangkat menjadi pejabat tinggi pemerintahan. Pada tahun 1309, Raden Wijaya meninggal. Akhirnya, Kerajaan Majapahit diberikan kepada Jayanegara. Jayanegara ialah putra dari perkawinannya dengan Tribhuwaneswari.

2) Jayanegara (1309–1328) 
Pada masa pemerintahan Jayanegara banyak terjadi pemberontakan. Semua pemberontakan pada dasarnya kelanjutan pada masa Raden Wijaya. Ada pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora (1311), pemberontakan Nambi (1316), pemberontakan Rasemi (1318), dan pemberontakan Kuti (1319).

Pemberontakan yang paling besar adalah Kuti. Beruntung muncul seorang ksatria bernama Gajah Mada. Ia berhasil menyelamatkan raja dari pembunuhan. Ia juga berhasil menumpas pemberontakan. Pada tahun 1328, Jayanegara meninggal. Jayanegara diracun tabib istana yang bernama Tancha.

3) Tribhuwanatunggadewi (1328–1350) 
Jayanegara tidak mempunyai anak. Oleh karena itu, tahta selanjutnya digantikan oleh Tribhuwanatunggadewi. Ia merupakan adik tiri Jayanegara. Tribhuwanatunggadewi adalah putri Raden Wijaya dengan Gayatri.

Pada masa pemerintahannya, terjadi pemberontakan di Sadeng (1331). Gajah Mada berhasil menumpasnya. Akhirnya Gajah Mada diangkat menjadi Mahapatih Majapahit. Gajah Mada bersumpah untuk menyatukan Nusantara. Sumpah itu disebut Sumpah Palapa.

4) Hayam Wuruk (1350–1389) 
Hayam Wuruk merupakan anak Tribhuwanatunggadewi dengan Kertawardhana. Masa kejayaan Majapahit terjadi pada masa pemerintahan Hayam Wuruk. Wilayah kekuasaan Majapahit meliputi seluruh Indonesia. Bahkan, sampai ke Siam, Birma, Kamboja, Amman, India, dan Cina.

Pada masa ini, kebudayaan Majapahit berkembang dengan pesat. Tahukah kamu tokoh-tokoh yang berperan mengantarkan Majapahit ke puncak jayanya? Selain Gajah Mada, ada Laksamana Nala dan Adityawarman. Lalu, apa saja peninggalan sejarah Kerajaan Majapahit yang kamu ketahui? Peninggalan Kerajaan Majapahit di antaranya berupa candi dan karya satra. Peninggalam berupa candi antara lain Candi Panataran, Candi Sawentar, Candi Bora, Candi Sumberjati, Candi Jabung, Candi Bajang Ratu, Candi Tikus, dan Candi Sukuh. Adapun peninggalan yang berupa karya sastra antara lain Negara Kertagama (sejarah Singasari dan Majapahit); Sutasoma (cerita agama Buddha); Kunjarakarna (cerita agama Buddha); serta Pararaton (sejarah Singasari dan Majapahit/legenda).

Zaman keemasan Majapahit berakhir sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada.Hayam Wuruk wafat tahun 1389 dan Gajah Mada wafat tahun 1346. Bagaimana kelanjutan tahta Kerajaan Majapahit? Kerajaan tetap berlangsung di bawah pimpinan seorang raja.

5) Wikramawardhana (1389–1400) 
Setelah Hayam Wuruk wafat, tahta Kerajaan Majapahit diduduki oleh Wikramawardhana (menantu Hayam Wuruk). Setelah 12 tahun memerintah, ia mengundurkan diri pada tahun 1400.

6) Putri Suhita 
Putri Suhita anak Wikramawardhana. Pengangkatan Suhita tidak disetujui oleh Bhre Wirabhumi, yaitu anak Hayam Wuruk dari selir. Perang saudara pun terjadi antara Ratu Suhita dengan Bhre Wirabhumi. Perang ini disebut Perang Paregreg (1401–1406).

Jadi, runtuhnya Majapahit antara lain disebabkan oleh tidak adanya tokoh yang kuat untuk menjaga kesatuan wilayah sepeninggal Hayam Wuruk dan Gajah Mada, sehingga banyak daerah jajahan yang melepaskan diri. Faktor yang lain yaitu terjadi perang Paregreg (1401–1406), berkembangnya ajaran Islam di Pulau Jawa, datangnya armada Cina yang dipimpin Cheng–Ho.
Nama Majapahit diduga berasal dari nama sebuah pohon yaitu maja. Pada masa itu di Hutan Tarik banyak ditumbuhi pohon maja. Adapun nama Hayam Wuruk berarti ayam yang masih muda. Pada saat menduduki tahta usia Hayam Wuruk baru 16 tahun.